Nasional

Tenaga Ahli DPR RI Serukan Diplomasi Ekraf Lewat Film, Musik, dan Warisan Budaya

linfo.id, JAKARTA – Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) menyerukan pentingnya diplomasi ekonomi kreatif sebagai sarana untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke kancah global.

Faizal Hermiansyah, Tenaga Ahli DPR RI dan Ketua UMKM DPP Gekrafs, secara tegas mendorong anggota dewan untuk segera menyusun draf undang-undang khusus mengenai diplomasi ekonomi kreatif.

“Yang saat ini terjadi di ranah diplomasi kan rata-rata di Flora dan Fauna, ada ikan koi, ada bunga anggrek dari Singapura dan sebagainya, padahal ada ekonomi kreatif yang harus kita gerakkan,” ujar Faizal dalam acara Creative Talks Road to Kongres Gekrafs di Jakarta, Senin (23/6).

Ia menyoroti potensi besar pertukaran budaya melalui seni seperti wayang atau musik, yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam diplomasi.

Baca Juga  Kunjungi Kampung Atlet dan Rumah Garuda di Paris, Menteri AHY: Doakan yang Terbaik

Faizal menambahkan, Indonesia memiliki aset budaya yang tak terhingga. Musik, misalnya, dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dikenal luas, serta pariwisata Bali yang telah mendunia.

Industri kreatif lainnya seperti Jember Fashion Week dan Reog Ponorogo juga telah membuktikan diri sebagai daya tarik kuat bagi wisatawan mancanegara.

Menurut Faizal, pemerintah harus lebih fokus pada potensi industri kreatif yang saat ini telah menyumbang 7 persen pendapatan negara. Ia juga menekankan pentingnya mengidentifikasi tren global yang dapat disinergikan dengan kebudayaan Indonesia.

Pemisahan Kementerian Ekonomi Kreatif dan Kementerian Pariwisata, menurutnya, adalah langkah positif yang memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat dan langsung disampaikan kepada Presiden, sehingga memajukan industri kreatif.

Menanggapi perkembangan teknologi, Faizal menegaskan bahwa kehadiran kecerdasan buatan (AI) seharusnya tidak dianggap sebagai hambatan bagi para seniman dan kreator, terutama dalam industri film.

Baca Juga  Wisuda 702 Taruna Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Menteri AHY: Jangan Pernah Berhenti Belajar

“Justru dengan ada teknologi Artificial Intelligence itu akan menjadikan para pelaku seniman, pelaku ekonomi kreatif ini jadi lebih mudah menemukan ide untuk menemukan daya kreatif mereka didasarkan dari teknologi itu,” jelasnya.

Ia berharap Indonesia tidak hanya menjadi pasar, melainkan juga produsen talenta kreatif yang mampu menjadi alat diplomasi budaya di panggung dunia.
Sejalan dengan visi ini, Gekrafs akan menggelar kongres pertamanya pada 18-19 Juli 2025.

Kongres ini diharapkan menjadi batu loncatan penting untuk terus menggerakkan industri kreatif, khususnya dalam aspek diplomasi.

“Insya Allah Kongres pertama ke depan itu akan menjadi batu loncatan selanjutnya untuk terus menggerakkan ekonomi kreatif terutama dalam segi diplomasi,” kata Faizal.

Baca Juga  Ditjen Hubud Pastikan Angkutan Udara Haji 2025 Berjalan Lancar dan Aman

Di sisi lain, Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN), Riefian Fajarsyah, menegaskan bahwa film memiliki peran krusial sebagai alat diplomasi budaya yang paling efektif dan kuat atau yang dikenal dengan soft diplomacy.

“Soft power atau kekuatan daya tarik ini menjadi elemen kunci. Karena kita pada zaman sekarang ini tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan militer dan ekonomi, tapi juga narasi, nilai, dan budaya yang menggugah, film ini bisa dirasa sebagai alat paling kuat dalam membentuk persepsi global,” ujar Ifan.

Ia menambahkan, film mampu memperkenalkan budaya Indonesia secara berbeda dan mudah diterima, mencontoh keberhasilan Korea Selatan dalam mempromosikan citra budayanya melalui film dan musik.

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *